Assalamu'alaikum,
Mimin balik lagi nih, kali ini mau post tentang kebaperannya mimin
hue hue, jadi secret admirer emang nggak gampang ya
kali ini mimin mau bagi-bagi rasanya jadi secret admirer lewat cerpen
hope you like it
Happy reading :)
.
.
.
.
DON’T WANNA BE STONE COLD TO ME
‘It’s just another song from me to
you’
Hari ini, adalah hari pagelaran seni vokal.
Seluruh anak kelas X, maupun XI memperhatikan kami anak MIPA dan IBB yang akan
bernyanyi di aula sekolah. Dan juga dirimu, datang menyaksikanku bernyanyi di
sini.
Aku sudah mempersiapkannya untuk
hari ini. Baik dari latihan vokal yang di ajarkan guru musik hingga aku
mengikuti les vokal privat di salah satu les musik, berharap kau akan
mendengarnya bila suaraku mendukung. Aku gugup tentang ini. Banyak orang yang
akan memperhatikanku, dan aku harap kau juga demikian.
Khusus hari ini, aku berharap kau
akan memperhatikanku selama lima menit ini. Aku berharap kau akan mengerti
maksud dari lagu yang akan kubawakan ini. Sudah lama aku mempersiapkannya, lagu
untuk hari ini.
Dimana aku berharap lewat lagu ini.
Aku berharap kau mengerti maksudku lewat lagu ini.
Sekarang lihatlah aku yang sudah
berada di atas panggung aula ini. Perhatikanlah aku. Ingatlah tentang diriku.
Gumamkanlah namaku. Lihatlah ke arahku. Kumohon kembalilah ke waktu itu.
Kumohon lewat lagu ini kau akan melakukannya.
“Perkenalkan nama saya Nia dari
kelas X MIPA 2.” Itu namaku, apa kau mengingatnya?
“
Dan lagu yang akan saya bawakan berjudul Stone Cold miliknya Demi Lovato. Hope
you enjoy it.” Apa kau mau mendengarkanku walau hanya saat ini?
Stone cold
Stone cold
Ya, itulah kau yang sekarang. Hanya
terlihat seperti batu yang dingin. Dinginnya batu itu menusuk ke jari-jemari
siapapun yang memegangnya. Bahkan dinginnya batu itu membuat batu itu sendiri tidak
merasakan orang-orang yang mencoba memberinya kehangatan.
You see me standing
But
I’m dying on the floor
Lihatlah aku berdiri di panggung
ini. Aku berdiri di depanmu. Berharap kau melihatku. Melihatku yang terlihat
berdiri dengan yakinnya, layaknya aku meresapi lagu ini.
Tentunya aku terlalu terbawa
perasaan karena lagu ini. Lagu ini memang kutujukan kepadamu, Afa. Orang yang dapat mengalihkan duniaku, memberi
warna dunia monokrom ini.
Sebenarnya aku tak kuasa menyanyikan
lagu ini, Afa. Aku yang selalu menyeru-nyeru kan diriku gadis yang kuat, sebenarnya
setiap malam sebelum tidur ku selalu menangis memikirkan perubahan sikapmu yang
tak kuterima ini.
Stone cold
Stone cold
Ingatkah ketika kita pernah satu
kelas? Ingatkah tempat duduk kita depan belakang? Ingatkah kita sering satu
kelompok? Ingatkah kau lah yang membuat anak satu kelas belajar bermain gitar?
Ingatkah ketika kau mengijinkanku meminjam gitarmu? Ingatkah ketika kau
tersenyum senang kepadaku ketika memainkan pianika saat seni musik, dulu?
Ingatkah ketika kau pernah menyebut dan mengingat namaku?
Maybe if I don’t cry
I wont feel anymore
Aku harap kau mengingatnya, Afa.
Hanya air mata, dan rasa sakit di dadaku ketika aku mengetahui kau ternyata
menyukai orang lain, dan kau mulai berubah semenjak kita tidak satu kelas lagi.
Aku harap kau mengingatku, Afa. Sehingga tangisanku hanya akan menjadi sebuah
kesalahpahaman.
Stone cold, baby
Hei, batu yang dingin. Kenapa kau
menolak kehangatan dariku? Hei, batu yang dingin. Mau sampai kapan kau akan
tetap menjadi batu yang dingin? Hei batu yang dingin. Kami mulai kedinginan
karenamu.
God knows I tried to feel
Happy for you
Know that I am
Even if I can’t understand
Tak apa jika kau menyukai gadis
lain. Jika gadis itu bisa membuatmu bahagia. Tuhan tahu, Tuhan Maha Tahu. Tuhan
tahu, aku mencoba untuk ikut tersenyum dan mendoakan kalian. Tuhan tahu aku
telah mencobanya. Walaupun aku tidak bisa memahami, kenapa aku mencoba bahagia
ketika aku tersakiti?
I’ll take the pain
Give me the truth
Aku hanya merasakan rasa sakit ini,
ketika kau tidak kembali ke waktu itu dan mengatakan yang sebenarnya kepadaku.
Dan pada saat itu pula aku akan mengatakannya kepadamu, bahwa selama ini aku menyukaimu
dalam diam. Dalam diam, menunggu saat yang tepat dimana aku bisa mengatakannya,
bila kau bisa seperti yang dulu.
Me and my heart
We’ll make it through
If happy is her
I’m happy for you
Aku akan mengikhlaskannya, tulus
dari hatiku yang tersakiti. Aku akan turut berbahagia. Jika kau bahagia
bersamanya. Karena aku bahagia jika melihatmu bahagia.
Hmmm
Stone cold
Stone cold
You’re dancing with her
While I’m staring at my phone
Hei Afa sang batu dingin. Apa
kesibukanmu sekarang? Apakah kau memang sangat menyukai basket? Ini sangat
menyenangkan ketika melihatmu bertanding. Kau terlihat bahagia dan menikmati
basket hingga kau tidak lagi melihat notifikasi di handphone-mu. Atau apakah
terlalu banyak orang yang meng-chat mu hingga kau tidak melihat chat dariku?
Atau apakah chat-ku hanya menggangu untukmu hingga menurutmu kau harus
mengabaikannya? Maafkan aku bila memang. Aku hanya ingin mencoba kembali
seperti dulu, ketika kita masih bisa mengobrol. Aku harap setidaknya kau
membacanya.
Stone cold
Stone cold
I was you amber
But now she’s your shade of gold
Hei Afa sang batu dingin. Sebetulnya
kau dulu menganggapku sebagai apa? Aku berharap aku dapat menjadi temanmu.
Walau banyak kekurangan dariku, aku memang tidak bisa seperti gadis yang kau
sukai. Itu karena seleramu yang benar-benar bagus dan memang layak gadis itu
disukai banyak orang. Aku hanyalah Nia, seorang yang diam-diam menyukaimu dan
takut untuk mengatakannya kepadamu.
Stone cold, baby
God knows I tried to feel
Happy for you
Know that I am
Even if I can’t understand
Hei, Afa sang batu dingin. Tuhan
tahu aku telah mencoba untuk menerimanya. Aku menerimanya kau bersama dia.
Walaupun sebenarnya hanya sesak yang kurasa jika mulai memikirkannya.
I’ll take the pain
Give me the truth
Disini aku hanya menerima rasa
sakitnya. Berikan aku kepastian Afa. Kumohon ceritakan semua yang kau mau, dan
kembalilah ke masa kala itu. Tersenyum, ku ingin melihat senyuman itu.
Me and my heart
We’ll make it through
If happy is her
I’m happy for you
Dengan begitu, kami bisa
menerimanya. Mungkin aku tidak akan merasakan sesaknya lagi. Karena aku tahu
benar, kalau gadis itu adalah kebahagian untukmu. Dan setelahnya aku akan dapat
kembali tersenyum untuk kalian.
Don’t wanna be stone cold, stone
Hei Afa sang batu dingin. Janganlah
menjadi batu yang dingin seperti ini. Tataplah aku ketika kita bertemu. Sapalah
aku ketika kita berpapasan. Berikan senyummu, ketika aku memanggil namamu.
Panggillah namaku layaknya dulu. Hentikan laju rodamu ketika kau melihatku
berjalan sendiri. Duduklah di sampingku, dan ceritakan semua yang kau ingin.
Aku berharap setidaknya anggaplah aku menjadi temanmu. Terimalah kehangatan
yang kuberikan ini.
I wish I could mend this
But here’s my goodbye
Hmm, semua itu hanyalah harapan yang
terlalu tinggi. Aku tahu aku terlalu berandai. Aku tahu aku orang yang
menyebalkan. Aku berharap rasa sakit ini dapat ku obati, aku berharap kita
dapat dekat layaknya dulu lagi. Tapi, lewat lagu ini kata perpisahanku terucap.
Aku menyerah.
Oh, I’m happy for you
Know that I am
Even if I can’t understand
Aku bahagia jika kau masih
mengingatku, walaupun setelah semua yang kau perbuat. Semua kedinginan yang
pernah menyergap hati ini. Bahkan walau aku tahu, aku bahagia walaupun aku
pernah disakiti olehmu.
If happy is her
If happy is her
I’m happy for you
Teruslah kejar kebahagianmu. Jika
memang benar dia bisa membuatmu bahagia, membuatmu dapat tersenyum walaupun
sebagai Afa yang tidak aku kenal. Aku bahagia untukmu.
Dan sekarang kulihat dirimu tengah
memperhatikanku. Aku sangat bahagia untuk ini.
Tak terasa, laguku telah selesai.
Tak terasa tanganku mulai gemetar menurunkan mice. Aku menundukkan kepalaku
memegang pipiku. Mencoba untuk menghapusnya.
Apa ini? Basah? Aku buru-buru
menaikkan mice ku lagi. “Terimakasih.” Lanjutku yang terdengar bergetar saat
berucap. Dan aku membungkukkan badan meninggalkan panggung menuju ke kamar
mandi, walau aku tahu banyak pasang mata yang memperhatikanku.
“Mau aku temani?” tawar salah satu
sahabat karibku.
“Mm, tidak usah.” Tolakku seraya
menggelengkan kepala dan menuju kamar mandi.
Walau sudah tidak terlihat basah di
kedua pipi, namun aku yakin mataku terlihat sembab. Aku harus cepat-cepat
membasahinya dengan air.
“Nia!” suara baritone
yang kukenal ini, menghentikkan langkahku yang berjarak hanya beberapa meter
lagi ke kamar mandi. Aku tidak berani memperlihatkan wajahku, karena aku tidak
mau terlihat jelek di depannya, dan terlihat lemah.
“Kau hebat.”
“Aku tahu, jika tadi di akhir lagu
kau melihat ke arahku. Tidak hanya itu, bahkan di awal lagupun ketika
perkenalan.”
“Jadi, lagu itu untukku.”
“Maafkan aku, untuk sikapku yang
keterlaluan.”
“I will give you the truth. Maafkan
aku, sebenarnya, aku sedang menyukai seseorang. Dan terimakasih untuk semua
perhatian yang kau berikan.”
“Aku minta maaf. Dan sebagai
permintaan maaf nya...,”
“Tetaplah jadi temanku. Sapalah aku,
dan aku akan menyapa balik. Tersenyumlah kepadaku dan aku akan tersenyum
kembali. Maaf aku tidak membalas pesan-pesanmu. Dan juga..., karena kau anak
MIPA ajari aku Matematika dan Fisika. Aku akan mengajarimu Sejarah dan Ekonomi.
Yah, walaupun aku juga tidak terlalu pintar.”
“Aku harap, kita bisa selalu belajar
kelompok. Aku harap kita bisa selalu bersama menjadi sepasang teman dekat. Aku
berharap kau masih mau berteman denganku. Karena aku benar-benar menginginkan
seorang sepertimu menjadi temanku.”
Aku membalikkan badanku ke arahnya,
kepalaku yang tadinya tertunduk aku mantapkan untuk menatap mata coklatnya itu.
“Kau yakin benar-benar menginginkanku
jadi temanmu dengan tulus? Atau hanya karena butuh aja?”
“Eee,, mmm,, itu tentu saja—”
“Ahahaha...Ahahaha...Ahahaha.
Bercanda Afa, terkadang aku juga begitu kok.”
Aku melihatnya tersenyum lagi
layaknya dulu, dengan logatnya yang selalu mengggaruk tengkuknya yang tidak
gatal ketika salah tingkah.
“Jadi?” tanyanya kemudian.
“Teman.” Kataku sambil mengajukan
jari kelingkingku. Janji jari kelingking.
“Teman.” Dan dia membalasnya. Dengan
senyumannya. Namun, senyum itu entah kenapa terasa berbeda. Aku hanya dapat
bertanya-tanya, apakah dia pernah tersenyum seperti itu sebelumnya? Atau memang
dia sering tersenyum seperti ini kepada teman-temannya? Ataukah, ini memang
hanya untukku?
.
.
Afa, aku benar-benar bahagia untukmu jika
aku bisa melihatmu tersenyum.
Afa, aku bahagia jika kau bisa memberikan
senyumanmu ini kepada orang yang kau sayangi.
Orang yang bisa membuatmu tersenyum lebih
tulus dari ini.
Dan Afa, aku tantang kau siapa diantara
kita yang bisa membuat yang lain lebih bahagia?
Apakah aku?
Ataukah kau?
.
.
END
----------------------------------------------------------------------
Gimana gimana ?
Ya gitulah ya min hehe
udah cukup sekian aja disambungnya kapan-kapan
Wassalamu'alaikum,
salam phenanisheila
salam phenanisheila
Tidak ada komentar:
Posting Komentar