Senin, 19 Oktober 2015

Makna-Makna Batik

Nih aku bagi-bagi tentang makna-makna batik bagi kalian yang nasibnya sama kaya Yuki,,dapet tugas suruh nyari makna-makna batik ataupun yang lainnya silahkan di nikmati ^^
.
.

MAKNA-MAKNA BATIK


1                           Motif Batik Sido Mukti 

           Motif Batik Sido Mukti mengandung makna kemakmuran. Bagi orang Jawa, hidup yang                  didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan, tentu adalah pencapaian mukti atau              kemakmuran, baik di dunia maupun di akhirat.Setiap orang pasti mencari kemakmuran               dan ketenteraman lahir dan batin.  Kemakmuran dan ketenteraman itu tidak akan tercapai tanpa           usaha dan kerja keras, keluhuran budi, ucapan, dan tindakan. Setiap orang harus bisa                           mengendalikan hawa nafsu, mengurangi kesenangan menggunjing tetangga, berbuat baik tanpa           merugikan orang lain, dan sebagainya agar dirinya merasa makmur lahir batin. Kehidupan                   untuk mencapai kemakmuran lahir dan batin itulah yang juga menjadi salah satu dambaan                   masyarakat.
   
                                    Batik Motif Sido Luhur
Motif batik Sido Luhur merupakan jenis batik keraton yang berasal dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Di Keraton Surakarta, biasanya motif Sido Luhur dikenakan oleh temanten putri pada malam pengantin. Batik motif Sido Luhur memiliki filosofi keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala kebutuhan ragawi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun profesinya. Sementara keluhuran budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk keluhuran non materi. Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran. Motif Sido Luhur juga bermakna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi, dan dapat menjadi panutan masyarakat.
Sidoasih
Batik Solo memiliki banyak ragam corak yang sampai saat ini masih beredar di masyarakat. Salah satunya yang populer adalah motif Sidoasih. Batik Solo yang satu ini berkembang di lingkungan keraton sebagaimana juga motif-motif Batik Solo lainnya. Sidoasih berasal dari kata “sido” yang berarti jadi, dan “asih” yang dapat diartikan kasih ataupun sayang.
Secara filosofis Sidoasih memiliki makna kehidupan manusia yang penuh dengan kasih sayang. Melambangkan kehidupan yang harmonis untuk mencapai kentraman dunia maupun di akhirat. Makna dari motif Batik Solo yang satu ini merupakan harapan agar manusia memiliki rasa saling menyayangi dan mengasihi antar sesama.
 Motif Sidoasih sama dengan motif Batik Solo kebanyakan yang juga dikenakan pada upacara perkawinan. Sidoasih biasanya menjadi busana malam pengantin. Motif ini mengandung doa agar kehidupan rumah tangga pasangan tersebut selalu dipenuhi dengan kasih sayang, saling mencintai, dan keromantisan.
       Semen Rama
Semen berasal dari kata semi, yaitu tumbuhnya bagian tanaman (kehidupan yang makmur). Pada umumnya, ornamen pokok pada pola batik motif semen adalah ornamen yang berhubungan dengan daratan yang digambarkan dengan tumbuh-turnbuhan dan binatang berkaki empat, udara digambarkan dengan awan (mega) dan binatang terbang, serta air atau laut digambarkan dengan binatang air. Sedangkan rama yang merupakan nama motif semen berasal dari nama Ramawijaya. Dalam motif semen rama terdapat pesan atau nasihat Ramawijaya saat penobatan Wibisana sebagai Raja Alengka dalam cerita pewayangan. 
    Sekar Jagad
Motif sekar jagad sebenarnya berasal dari daerah Jogjakarta dan Solo. Dimana latar belakang kain berwarna putih melambangkan hamparan peta dunia. Kata kar dalam bahasa Belanda memiliki arti peta, sedangkan jagad berasal dari bahasa Jawa yang artinya dunia. Inti dari makna yang disampaikan corak sekar jagad adalah keanekaragaman, baik yang terdapat di Indonesia maupun seluruh dunia. kemudian, batik ini juga menampilkan makna kecantikan serta keindahan sehingga memesona siapapun yang melihatnya.
Keanekaragaman tersebut berwujudkan motif bercorak geometris yang berulang dengan cara ceplok atau dipasangkan secara bersisian. Hal ini mengandung maksud akan arti keindahan serta keluhuran kehidupan di alam dunia. Penampakan batik sekar jagad umumnya bernuansa bebungaan dengan variasi warna pada masing-masing bagiannya. Perkembangan motif ini dimulai sejak abad ke 18 dan masih dipertahankan hingga sekarang karena memiliki pesona nan indah dan selalu menarik.
     Kawung Picis
Kawung picis mempunyai Kegunaan untuk Digunakan di kalangan kerajaan jawa. Ada nilai Makna Filosofis pada Motif ini melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal-usulnya yaitu berasal dari Tuhan. Selain itu Motif Kawung Picis juga melambangkan empat penjuru (pemimpin harus dapat berperan sebagai pengendali perbuatan baik) hati. Dan Juga melambangkan bahwa hati nurani sebagai pusat pengendali nafsu yang terdapat pada diri manusia sehingga ada keseimbangan pada diri manusia.
     Truntum
Barangkali bukan pengetahuan yang baru bagi para pecinta batik, bahwa motif truntum memiliki makna yang sakral. Ia melambangkan cinta yang bersemi kembali. Di dalam batik truntum, tersimpan realita, CLBK tidak hanya terjadi pada mereka yang pacaran, tapi juga yang telah menikah. Mengingat bahwa kadang yang asli justru cepat layu, seperti halnya bunga, maka kita mesti sanggup membuatnya tetap tumbuh dan berbunga sepanjang waktu.
Hal itu bermula pada sejarah ketika batik jenis truntum ini pertama kali diciptakan. Sekitar tahun 1749–1788 M, seorang permaisuri bernama Ratu Kencono atau Ratu Beruk, merasa diabaikan oleh suami karena kesibukan dan sebab ia harus memerhatikan selir barunya. Ratu Kencono yang merupakan permaisuri Paku Buwono III Surakarta Hadiningrat itu, mendekatkan diri pada Sang Pemberi Hidup pada suatu malam. Hingga datanglah sebuah gagasan.
Katakanlah semacam inspirasi. Ia melihat langit yang cerah dan bertabur bintang, dan kerlip bintang itulah yang menemani kesepiannya. Ia pun mencium harum bunga tanjung berjatuhan di kebun persinggahannya sebagai bagian dari ide. Ia terus berupaya mendekatkan diri pada Tuhan sambil mulai membuat karya batiknya demi mengisi kekosongan. Membatik baginya seperti halnya berdzikir.
Selang berapa lama kemudian, sang raja menemukan permaisurinya tengah membatik sebuah kain yang indah. Hari demi hari, sang raja pun memerhatikan kesibukan baru sang permaisuri dan kain indah yang dihasilkan. Teriring juga perasaan kasih sayang yang kembali muncul. Itulah mengapa banyak yang menyebut truntum sebagai simbol cinta raja yang bersemi kembali.
Secara etimologi, truntum itu sendiri berasal dari isitlah teruntum–tuntum (bahasa Jawa) artinya tumbuh lagi. Taruntum memiliki arti senantiasa bersemi dan semarak lagi. Batik truntum memiliki pola yang halus dan sederhana. Bermotif seperti taburan bunga-bunga abstrak kecil, atau menyerupai kuntum bunga melati. Terkadang berbentuk seperti bintang yang bertaburan di langit. Dilihat dari bentuknya, tentunya butuh waktu sangat lama melukiskan motif truntum dalam selembar kain. Motif truntum menggambarkan bunga dilihat dari depan terletak pada bidang berbentuk segi empat. Biasanya menggunakan warna hitam sebagai dasar.
Karena nilai sejarah dan ajaran moralnya, motif truntum menjadi salah satu jenis pola batik terkenal di Solo—tempat asal motif batik ini diciptakan pertama kali. Motif tersebut akhirnya menjadi populer di Pulau Jawa. Termasuk juga di daerah Pekalongan.
Hingga hari ini, motif batik yang bermakna kesetiaan itu, akan kita temukan dalam upacara perkawinan adat tradisional, baik di Yogyakarta maupun Solo. Sebab membawa pesan dan harapan: bahwa kelak kedua mempelai dapat menjalani hidup dengan harmonis dan langgeng. Masyarakat kebudayaan Jawa memiliki ajaran demikian: dalam perkawinan, keluarga inti yang berjalan damai akan berpengaruh positif pada hubungan yang rukun antarkeluarga, dan juga mempengaruhi hubungan yang selaras dengan masyarakat di sekitarnya. Dan dalam hubungan yang harmoni tersebut, pengaruh penting juga berasal dari hubungan personal terhadap Tuhan. Seperti halnya ketika inspirasi itu muncul yang dimulai ketika sang permaisuri yang memohon petunjuk kepada Tuhan dalam kesunyiannya. Hingga proses membuatnya yang tentu dengan sabar dan telaten, hingga diibaratkan seperti menjaga sebuah hubungan dalam pernikahan.
Biasanya batik jenis truntum ini dipakai oleh pengantin perempuan dalam acara midodareni, dipakai juga pada acara panggih. Di samping itu, batik tersebut juga digunakan sebagai kain oleh kedua orang tua mempelai ketika resepsi pernikahan, sebagai wujud bahwa orang tua berperan penting dalam memberi pengetahuan dan menuntun anak-anaknya ke gerbang rumah tangga yang sakinah, mawadah, warohmah.
Sayang di zaman sekarang batik yang menyimpan makna filosofi itu pun semakin dilupakan. Digantikan oleh kain jenis modern dan praktis, hingga masyarakat pun lama-kelamaan melupakan pesan penting yang hendak disampaikan nenek moyang terdahulu.
 Babon Angrem
Batik Babon Angrem ini termasuk “semenan” dari kata “semi”, maksud dari nama “babon-angrem” adalah ayam betina yang sedang mengerami telur. Batik ini digunakan pada saat upacara tujuh bulanan pada ibu hamil, yang melambangkan kasih sayang dan kesabaran seorang ibu agar sifat tersebut dapat menurun atau ditiru oleh anaknya kelak.  Motif tersebut melambangkan bahwa seorang wanita yang sedang mengandung hendaknya memiliki rasa kasih sayang dan kesabaran, agar sifat tersebut dapat diwarisi oleh si anak kelak jika telah lahir.  Sedangkan makna kultural dari batik ini adalah permohonan keturunan sebagai penyambung sejarah.
Karena seekor ayam jika sedang mengerami telurnya membutuhkan hari yang cukup lama agar telurnya dapat menetas dengan sempurna. Batik babon angrem tergolong ke dalam motif batik geometris, yaitu batik yang berbentuk flora atau fauna.  Isen yang terdapat pada batik babon angrem adalah ukel yang diselingi dengan gambar dua unggas yang sedang berhadap-hadapan.  Batik ini termasuk semen-latar hitam yang dipakai untuk orang dewasa dari semua golongan dan status. Motif batik ini tergolong besar-besar sehingga tidak baik dipakai oleh anak-anak. 
Batik babon angrem ini tergolong batik tengahan artinya berkembang pada pertengahan abad XVIII.
Batik Pringgondani
            Nama kesatriyan tempat tinggal Gatotkaca putera Werkudara (Bima). Maknanya ialah agar               perkasa seperti Gatotkaca. Motif ini biasanya ditampilkan dalam warna-warna gelap seperti             biru indigo (biru nila) dan soga-coklat, serta penuh sulur-suluran kecil yang diselingi dengan               naga.
    Batik Tambal
Tambal memiliki arti memperbaiki yang rusak, atau dalam bahasa Jawa diartikan menambal. Maknanya membuat suatu hal menjadi lebih baik.
Kemudian motif batik ini dianggap dapat menyehatkan orang yang mengenakannya. Konon pada jaman dahulu orang yang sedang sakit akan lekas sembuh jika menggunakan motif tambal sebagai selimut atau kain yang menutupi tubuhnya. Tambal merupakan perpaduan dari berbagai motif yang diilhami pakaian pendeta yang terbuat dari kain bertambal. Pakaian ini dipercaya dapat menghalangi pengaruh-pengaruh buruk atau tolak bala.
Selain itu motif ini juga dapat diartikan sebagai harapan dan semangat baru. Perjalanan hidup manusia yang tak luput dari kesalahan membuat manusia harus berbenah diri. Motif ini mengajarkan agar manusia selalu memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik, lahir maupun batin.
 Batik Irian
Isnpirasi tokoh batik di Imogiri akan kedatangan orang Irian. Batik Papua bermula saat Pemerintah Indonesia mendapatkan bantuan dari The United Nations Development Programme (UNDP), untuk pemberdayaan kebudayaan di daerah Indonesia bagian Timur pada tahun 1985. Untuk melatih masyarakat Papua, pemerintah setempat mendatangkan langsung pelatih batik dari Jawa, khususnya Yogyakarta.
Batik Papua sebenarnya hampir sama dengan berbagai jenis batik lainnya di Nusantara. Perbedaan terletak pada motif,  jika motif batik Solo dan Jogja dibuat simetris di Papua malah kebalikannya. Kombinasi warna cerah dipadu dengan motif etnik Papua yang kerap asimetris membuat batik Papua terlihat eksotis. Sebagian besar motif Batik Papua menampilkan unsur alam dan budaya daerah Papua.
Batik Papua memiliki ciri khas yang unik dan menarik. Ciri khasnya terletak pada gambar orang atau hewan. Motif hewannya yaitu burung cenderawasih, cicak, kadal dan buaya. Inspirasi lainnya biasanya dari patung tradisional masyarakat Papua, misal motif kamoro yaitu simbol patung berdiri, motif asmat yaitu simbol patung-patung kayu suku Asmat (memiliki warna coklat kolaborasi warna tanah terakota), motif Sentani dengan ciri gambar alur batang  kayu yang melingkar-lingkar dengan jenis warna hanya satu atau dua warna. 
Ada juga motif yang diambil dari kekayaan budaya Papua lainnya, seperti alat musik Tifa (alat musik semacam gendang). Dan Batik Papua bermula saat Pemerintah Indonesia mendapatkan bantuan dari The United Nations Development Programme (UNDP), untuk pemberdayaan kebudayaan di daerah Indonesia bagian Timur pada tahun 1985. Untuk melatih masyarakat Papua, pemerintah setempat mendatangkan langsung pelatih batik dari Jawa, khususnya Yogyakarta.
Batik Papua sebenarnya hampir sama dengan berbagai jenis batik lainnya di Nusantara. Perbedaan terletak pada motif,  jika motif batik Solo dan Jogja dibuat simetris di Papua malah kebalikannya. Kombinasi warna cerah dipadu dengan motif etnik Papua yang kerap asimetris membuat batik Papua terlihat eksotis. Sebagian besar motif Batik Papua menampilkan unsur alam dan budaya daerah Papua.
Batik Papua memiliki ciri khas yang unik dan menarik. Ciri khasnya terletak pada gambar orang atau hewan. Motif hewannya yaitu burung cenderawasih, cicak, kadal dan buaya. Inspirasi lainnya biasanya dari patung tradisional masyarakat Papua, misal motif kamoro yaitu simbol patung berdiri, motif asmat yaitu simbol patung-patung kayu suku Asmat (memiliki warna coklat kolaborasi warna tanah terakota), motif Sentani dengan ciri gambar alur batang  kayu yang melingkar-lingkar dengan jenis warna hanya satu atau dua warna.  Ada juga motif yang diambil dari kekayaan budaya Papua lainnya, seperti alat musik Tifa (alat musik semacam gendang). Dan terdapat juga motif yang  divariasi dengan sentuhan garis-garis emas yang dikenal dengan istilah batik prada.
Biasanya motif-motif natural ditambah warna-warna yang relatif beragam semakin menambah kekhasan Batik Papua. Awalnya, pembuatan batik ini banyak terinspirasi dari peninggalan-peninggalan arkeologi yang tersebar di daerah Papua. Salah satunya, adalah dari lukisan-lukisan dinding gua yang ada di area kabupaten Biak dan Jayapura. Selain itu, peninggalan sejarah lainnya seperti fosil, artefak dan benda purbakala juga mempengaruhi kreativitas seniman Papua dalam mengkreasikan motif batik. Motif Batik Papua banyak menggunakan simbol-simbol keramat dan ukiran khas Papua. Selain itu juga mengandung unsur sejarah dan arkeologi di dalamnya, tak heran jika batik Papua banyak disukai oleh masyarakat lokal hingga internasional. Terdapat juga motif yang  divariasi dengan sentuhan garis-garis emas yang dikenal dengan istilah batik prada.
Biasanya motif-motif natural ditambah warna-warna yang relatif beragam semakin menambah kekhasan Batik Papua. Awalnya, pembuatan batik ini banyak terinspirasi dari peninggalan-peninggalan arkeologi yang tersebar di daerah Papua. Salah satunya, adalah dari lukisan-lukisan dinding gua yang ada di area kabupaten Biak dan Jayapura. Selain itu, peninggalan sejarah lainnya seperti fosil, artefak dan benda purbakala juga mempengaruhi kreativitas seniman Papua dalam mengkreasikan motif batik. Motif Batik Papua banyak menggunakan simbol-simbol keramat dan ukiran khas Papua. Selain itu juga mengandung unsur sejarah dan arkeologi di dalamnya, tak heran jika batik Papua banyak disukai oleh masyarakat lokal hingga internasional.
           Sri Kuncoro
Truntum berasal dari bahasa Jawa yang artinya menuntun. Motif Truntum Sri Kuncoro biasa dipakai oleh orang tua pengantin saat acara Temu Manten berlangsung. Makna terkandung dari batik ini adalah agar orang tua bisa menuntun anaknya dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya.
Sri Kuncoro mengandung makna tentang kehidupan baru yang mulai bersemi.
  Liris
Terdapat perbedaan penulisan dan penyebutan motif ini, ada yang menggunakan kata “liris” atau “riris”, namun maknanya sama. Batik motif liris ada yang mengartikan lereng yaitu motif yang mempunyai bentuk dasar garis-garis miring sejajar. Jadi batik motif liris yaitu batik yang motif pokoknya berupa garis-garis miring sejajar. Terdapat motif yang sejenis dengan motif udan liris yaitu motif rujak senthe. Bedanya yaitu jika motif rujak senthe berlatar hitam, sedangkan motif udan liris berlatar putih.
Batik motif udan liris ini juga diartikan hujan gerimis atau hujan rintik-rintik, merupakan simbol kesuburan, kesejahteraan, dan rahmat dari Tuhan. Untuk menambah keindahan motif ini biasanya diantara garis-garis tersebut dihiasi dengan motif api, yang berarti kesaktian dan ambisi. Motif setengah kawung menggambarkan sesuatu yang berguna. Motif banji sawat, melambangkan kebahagiaan dan kesuburan. Motif mlinjon, melambangkan salah satu unsur kehidupan. Motif tritis, melambangkan adanya ketabahan hati. Motif ada-ada, melambangkan adanya perkasa. Motif untu walang, melambangkan adanya kesinambungan. 
Bagi orang Jawa khususnya orang desa, saat hujan rintik-rintik merupakan suasana yang berbeda dari yang biasanya. Warga memanfaatkan momen ini untuk kumpul-kumpul keluarga, tetangga, berbincang-bincang membahas kehidupan. Setiap kali berkumpul pasti ada sesuatu yang baru yaitu mencul inisiatif, dan lain sebagainya.
Di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, dulunya batik ini termasuk ke dalam batik larangan. Motif ini termasuk yang hanya diperkenankan dipakai oleh keluarga kerajaan. Namun dengan berjalannya waktu, motif ini bisa dipakai oleh siapa saja. Batik motif udan liris tercipta pada peristiwa di saat Pakubuwono III menjalani Laku Teteki, yang disebut juga ibadah mati raga. Salah satunya dengan menjalani laku kungkum atau berendam di sungai Premulung. Sungai tersebut ada di desa Laweyan dan sungai tersebut mengalir dekat makam leluhurnya yaitu Kyai Ageng Henis. Pada saat itu tiba-tiba hujan gerimis dan angin bertiup, suasana inilah yang mengilhami Pakubuwono menciptakan batik motif udan liris. Motif udan liris tercipta pada saat pertengahan abad XVIII.
Motif udan liris mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani hidup prihatin biarpun dilanda hujan dan panas. Orang yang berumah tangga, apalagi pengantin baru, harus berani dan mau hidup prihatin ketika banyak halangan dan cobaan. Ibaratnya tertimpa hujan dan panas, tidak boleh mudah mengeluh. Segala halangan dan rintangan itu harus bisa dihadapi dan diselesaikan bersama-sama.
Pasangan suami atau istri merupakan bagian hidup di dalam rumah tangga. Jika salah satu menghadapi masalah, maka pasangannya harus ikut membantu menyelesaikan, bukan justru menambahi masalah. Misalkan, bila suami sedang mendapat cobaan tergoda oleh perempuan lain, maka sang istri harus bisa bijak mencari solusi dan mencari penyelesaian permasalahan. Begitu pula sebaliknya, jika sang istri mendapat godaan dari lelaki lain, tentu suami harus bersikap arif tanpa harus menaruh curiga yang berlebihan sebelum ditemukan bukti.
Di Pekalongan, batik motif udan liris merupakan salah satu motif busana daerah Wonopringgo. Batik motif udan liris mengajarkan kepada generasi penerus bangsa untuk tetap istiqomah dalam menjalankan ikhtiar mencari rejeki. Halangan dan rintangan bukan menjadi kendala, tetapi justru sebaliknya bisa menjadikan pemicu untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik.
Dalam hal ini motif batik udan liris juga bisa diartikan sebagai pengharapan agar si pemakai dapat selamat sejahtera, tabah, berprakarsa dalam menunaikan kewajiban demi kepentingan nusa dan bangsa. 
        Buntal
Filosofi batik dengan motif buntal adalah semangat persatuan dan kesatuan. Karena dahulu merupakan jaman perang melawan penjajah, pesan yang ingin disampaikan dalam motif ini adalah kuatkan barisan jangan sampai tercerai berai. Selalu komunikasi antar kelompok satu dengan yang lainnya.

1    Keong Renteng
Keong Renteng dapat dimaknai ikatan yang kokoh dan kuat.


1       Wahyu Tumurun
Batik dengan motif wahyu tumurun merupakan salah satu motif yang sering dipakai. Motif ini banyak disukai karena keindahan pola dan filosofinya yang mendalam. Kita dapat mengenali motif ini dengan mudah dari kekhususan polanya. Lihat saja pada pola motif utamanya. Pola mahkota terbang tampak lebih menonjol dengan tambahan motif sepasang ayam atau burung yang berhadap-hadapan. Di dalam mahkota biasa diberi isen bunga-bunga. Sebagai motif tambahan, ada yang membubuhkan berbagai pola tumbuh-tumbuhan yang bersemi, atau dalam ragam batik lebih dikenal dengan motif semen. Bisa juga dihiasi motif bunga-bunga yang bersebaran atau truntum, motif ukel, sogan, juga granitan. Motif tambahan ini sebagai variasi dari motif utama wahyu tumurun.
Batik motif wahyu tumurun telah dikenal sejak tahun 1480 di wilayah Jogjakarta, kemudian menyebar ke berbagai daerah. Di masing-masing daerah inilah motif wahyu tumurun mengalami perkembangan variasi motif. Di Jogjakarta, motif burung yang biasa digunakan adalah burung merak. Burung merak dianggap sebagai simbol lokal Jogjakarta yang menunjukkan asal motif batik. Sedangkan di Solo memvariasikan motif burung merak dengan burung phoenix, burung phoenix bukanlah burung lokal. Penggantian burung merak dengan burung phoenix ini dikarenakan adanya pengaruh budaya Cina yang saat itu berkembang di Solo.
Pola dalam motif batik wahyu tumurun memiliki makna serta filosofi tertentu. Pola mahkota terbang yang menjadi motif utama menyimbolkan kemuliaan. Filosofinya menggambarkan pengharapan agar para pemakainya mendapat petunjuk, berkah, rahmat, dan anugerah yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengharapan untuk mencapai keberhasilan dalam meraih cita-cita, kedudukan ataupun pangkat. Sedangkan dalam hal khusus seperti pernikahan, motif ini menyiratkan berkah kehidupan lahir batin dalam kehidupan berumah tangga, keharmonisan dan kebahagiaan yang langgeng dan terjaga selama-lamanya. Dalamnya makna kehidupan rumah tangga inilah yang membuat motif wahyu tumurun dipilih sebagai motif khusus yang sering dikenakan dalam upacara pernikahan adat Jawa.
Dahulu, untuk persiapan pembuatan pola atau motif batik harus melalui proses yang terbilang berat. Para pembuat pola batik rela berpuasa 40 hari 40 malam sebelum memulai menyusun pola batik. Hal inilah yang membuat batik klasik memiliki makna filosofis dan historis yang mendalam. Setiap pola yang tercipta, garis dan titik yang membentuk motif batik berisikan doa dan pengharapan tersendiri pada Illahi.
Terdapat juga batik motif wahyu tumurun yang berasal dari derah Putra Mangkunegaran. Jenis batik ini merupakan batik kraton. Batik ini biasa dipakai oleh mempelai pengantin pada waktu panggih. Wahyu berarti anugerah, tumurun berarti turun, dengan menggunakan kain ini kedua pengantin mendapatkan anugerah dari yang Maha Kuasa berupa kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta mendapat petunjukdari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalam perkembangan saat ini, kain batik motif wahyu tumurun dapat digunakan sebagai kemeja pria, rok wanita, jas, blazer, dan sebagainya. Saat menjahit, haruslah diperhatikan kedudukan motifnya, jangan sampai bentuk mahkota atau ayam/burungnya dalam posisi terbalik. Apabila dikenakan terbalik tentunya maknanya akan hilang. Sering terjadi posisi mahkotanya dipasang berdiri seperti kuda laut, ini sangat tidak tepat.
1      Manggaran
Manggaran berasal dari kata manggar yang berarti bunga kelapa dalam bahasa Jawa. Kelapa yang memiliki banyak kegunaan dan keunikan dalam pertumbuhannya mempunyai makna supaya dalam kehidupan kita sebagai manusia harus berguna bagi siapa saja. Selain itu manusia diharapkan dapat menganut tumbuhan kelapa.



1    Gegot
Berawal dari kata Gegoro yang berarti awal mula, harapan hidup berumah tangga dengan prinsip yang kuat


1   Bantulan
Makna Geografis Bantul Yogyakarta.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Huwaaaa kok jadi kayak gini huhu ya udahlah maaf yaa Yuki males ngedit hehe#mintadigeplaknih oke cukup sekian dan Yuki bener-bener minta maaf ya #bungkok90derajat. Sankyu......Oh iya komennya ya.....