Rabu, 30 September 2015

Pidato Bahasa Inggris Singkat

                Assalamu’alaikum wr.wb
            Dear Mr. Mursito and all my friends, thank you for give us a while of time for told about somethings. The first of all, let’s give thanks to God who give us opportunity to meet in this room.
Ladies and Gentelmen who I respect
            In this opportunity, we are going to discuss about dating for students. Certainly, dating for students is familiar for us. In this future, many students have to dating. Therefore, there is an opinion that dating for students is very profitable, ‘cause it can help student for study. They who are dating are enjoyable to study together with their partner. With the result that dating for students will support the academic.
Ladies and gentelmen who I respect
            Dating for students have negatif side too. That is burden the friends. That’s mean, someone who have dating will always told her/his feeling about their partner when their partner is curious. The students who have dating will ask about the solution of their problems too, with unknowingly the friend’s feeling.the students who have dating is more priority her/his feeling than the friend’s feeling who one flooded about the student’s feeling, while the friends have many problems.
            And therefore dating for students is allowed but not too much, and not make many problems. So for my beloved friends who wants to dating is allowed foy you, but you must have many achievement, so you are not regret in the future.

            Not much to say today, just a few words on top of that I can offer you today, thank you very much for your attention and forgive me for my mistakes, and I say Wasalamu’alikum Wr. Wb.

------------------------------------------------------------------------------------------------------
hai hai....,,, mimin balik lagi nih. Kali ini lagi mau serius,, jadi bahasnya kayak gini deh. Hmhm, sebenarnya nggak sih. Cuma ada tugas dari sekolah aja, terus ya udahlah post aja daripada kosong banget nih blog.
Yak sekian aja chit chat dari mimin
Ja mata di next posting
Thanx for reading ^^

Jumat, 25 September 2015

Cerpen Sahabat


Ini aku buat untuk mengenang masa-masaku bersama temanku yang bernama Tsalista Kumalasari. Cerpen ini juga terinspirasi dari OST Doraemon STAND BY ME yang berjudul Himawari No Yakusoku. jadi enak banget nih kalo baca sambil ndengerin musiknya. Enjoy reading guys....
.
.
.
Well, aku masuk kelas delapan sekarang. Dan itu artinya temenku baru lagi. Itu disebabkan karena pembagian kelasnya diacak. Aku masuk kelas 8A. Katanya sih, kelas ini hanya terdiri dari orang-orang jenius. Dan hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru. Biasanya sih belum berlangsung KBM.
                Dihari pertama, aku duduk baris kedua dari kiri dan deret kedua dari belakang bersama temanku, Hany yang berasal dari kelas 7 yang sama, 7A. Tepat jam tujuh pagi, guru yang kami ketahui adalah wali kelas kami akhirnya datang dengan senyumnya yang setia bertengger di wajah dewasanya.
                “Selamat pagi anak-anak.” Salam beliau sebagai tanda mengawali perbincangan.
                “Selamat pagi Bu.” Jawab serentak siswa-siswi kelas 8A.
                “Oke, anak-anak. Saya diberi mandat untuk menjadi wali kelas 8A. Mungkin beberapa dari kalian yang dulu waktu kelas tujuh pernah saya ajar, sudah mengenal saya.” Ya dia adalah Guru Bahasa Indonesia waktu aku kelas tujuh, namanya Bu Siti. Bu Siti memang orang yang sangat ramah dan mengasyikan ketika mengajar, dan itu membuat pelajaran bahasa indonesia menjadi salah satu mata pelajaran favoritku.
                Setelahnya, Bu Siti menyuruh kami untuk saling berkenalan, dengan tujuan agar dapat mengenal sesama lain.
                “Nia, kamu?” tanyaku kepada seorang perempuan berambut emo.
“Sari.” Jawabnya dengan ketus. Entah kenapa, kesan pertamaku ketika bertemu dia sudah buruk. Menurutku dia itu orangnya cuek, kalem dan kuper. Namun entah kenapa aku tertarik untuk lebih mengenal dengannya.
.
.
.
JANJI BUNGA MATAHARI

            Nia, seorang gadis berambut sebahu yang terlihat kalem, walaupun begitu penampilannya itu berbanding terbalik dengan sifatnya. Sari, seorang gadis yang sangat mementingkan pelajaran daripada pertemanan, bisa dibilang kalau dia itu kuper.
                Hari itu adalah hari pertama mereka berkenalan. Yang secara umum bisa dikatakan kalau hari itu hari yang biasa. Namun mereka tidak akan pernah tahu, makna di dalam hari itu, hari yang dimana akan dapat mengubah mereka.
                Hari berikutnya, walaupun sang bola bulat belum kelihatan di ufuk timur, namun Sari sudah menempatkan pantatnya ke kursi kelas dan mulai membuka bacaan kesukaannya, Matematika. Dia mulai memfokuskan pandangannya ke angka-angka yang menurutnya angka itu lebih menarik daripada aktor sebuah tayangan sinetron yang sedang tenar sekarang ini. Ketika sedang fokus-fokusnya pada buku bacaanya, eh tiba-tiba saja terdengar suara nan lembut yang menyapa seisi ruang kelas 8A yang masih sepi.
                “Assalamu’alaikum...,” suara lembut itu ternyata Nia-lah pemiliknya.
                Belum ada yang berangkat. Pikir Nia.
                Jelas saja Nia berpikir seperti itu, lihat saja suasana kelas 8A, sepi dan suram dengan pintu yang masih tertutup dan lampu yang belum dinyalakan. Mengetahui lampu belum dinyalakan, Nia berinisiatif untuk menekan tombol saklarnya.
                KLIK
                “AAAAAAAAAA!!!!!!! HHHHAAAAANTUUUUUUUUUUUU!!!!!” pekik Nia dengan suara nan tidak lembutnya sambil menutup kedua matanya dengan kedua tangannya. Dia lalu mencoba memberanikan diri untuk melihat kembali sosok tadi. Baju putih dengan rambut hitamnya yang menjuntai ke depan menutupi dahinya. Sosok itu masih di sana dan sekarang malah menatap balik Nia yang sedang ketakutan.
                “Apaan sih? Aneh, nggak jelas.” Kata-kata itu keluar saja dari sosok berbaju putih itu, Sari.
                Sekarang timbul pertanyaan di benak Nia. Emangnya gaya bicaranya hantu seperti itu? Dia lalu mencoba menatap sosok yang ia takuti, dengan memberanikan diri ia menatap sosok itu. “HUUH SARI!!! KAU MENGAGETKANKU TAHU!!! ITU TIDAK SOPAN!” nasehatnya kepada Sari.
                “Apa yang salah denganku, huh?” tanya Sari. Yang malah dibalas dengan kedatangan Nia ke tempat duduknya dan mengambil posisi duduk di sebelahnya. Yang artinya, Nia duduk satu meja dengan Sari.
                “Apa yang kau lakukan di sini, huh?!” tanya Sari.
                “Memangnya kamu tidak lihat? Duduklah!”
“ Ini tempat dudukku!!” Sari mengusir Nia dengan tidak sopan.
                “Hei hei, kemarin aku duduk di sini. Berarti-”
                “-berarti sekarang ini adalah tempat dudukku.” Ucap Nia yang disambung dengan Sari.
                Perdebatan kecil mereka terus berlanjut hingga sang malaikat penengah datang.
                “Selamat pagi semua!!!” sapa sang malaikat penengah, yang ternyata adalah Hany.
                “-tidak begitu. Oh hai, selamat pagi Hany!!” pokok pembicaraan Nia sekarang berubah karena kedatangan Hany. Sementara Hany, dia langsung menempatkan diri menjauh dari Sari dan Nia karena melihat ekspresi keduanya yang tidak dapat dideskripsikan.
                “Hany, kau kenapa? Kau baik-baik saja kan?” tanya Nia heran.
                “Iya, aku baik-baik saja. Sungguh. Aku hanya ingin duduk di sini.”
                “Kenapa kau tidak bersama dengan orang ini?” timpal Sari.
                “Memangnya tidak boleh apa kalau aku duduk di sini, huh?!” bukannya Hany yang menjawab, malah Nia yang mengambil alih.
                “Tidak.” Jawab Sari.
                “Boleh saja.” Timpal Nia
                “Tidak.”
                “Boleh.”
                “Tidak.”
                Perdebatan itu terus berlanjut, sementara murid-murid mulai berdatangan mengisi bangku kosong 8A. Pukul tujuh pagi, bel tanda masuk pelajaran pertama terdengar. Dan itu menandakan perdebatan ini dimenangkan oleh Nia. Dan dengan terpaksa Sari harus mau duduk semeja dengan Nia.
                Pelajaran pertama adalah Matematika. Mata pelajaran yang sangat dinikmati Sari, mungkin Nia juga. Terlihat seorang guru laki-laki memakai kacamata, dengan postur tinggi badan sedang, tengah memasuki  kelas 8A. Setelah meletakkan buku, sang pak guru memulai pelajaran pada hari ini.
                Selama pelajaran pertama ini, sangat jarang kita dengar komunikasi antara Nia dan Sari. Hingga pelajaran itu selesai, hanya ada kalimat seperti “Boleh pinjam...,” yang keluar dari mulut Nia. Dan hanya dibalas dengan “Hn,” oleh Sari.
                Pelajaran berikutnya juga demikian pula. Hingga waktunya istirahat telah tiba. Nia bergabung dengan Hany dan kawan-kawan lainnya untuk pergi ke kantin guna membeli makanan dan juga minuman. Sementara itu, Sari lebih memilih untuk mempelajari apa yang akan dibahas pada saat pelajaran berikutnya.
                Saat ini Nia dan kawan-kawan sedang menuju ke kantin, terjadi percakapan-percakapan dan canda tawa seiring mereka menuju ke kantin hingga kembali ke kelas. Hal itu berbanding terbalik dengan Sari , sekarang hanya ada buku dan pensil saja yang menemaninya. Sekembalinya Nia dari kantin, ia langsung menghampiri Sari yang sedang asyik berjibaku dengan bukunya.
                “Nih, untukmu.” Kata Nia sambil menyodorkon susu kotak yang tadi dibelinya di kantin.
                “Untuk apa?” tanya Sari.
                “Habisnya mukamu pucat. Aku kasihan denganmu, kamu seperti kekurangan energi. Jadi aku pikir susu kotak ini cocok untukmu.” Jelasnya sambil tersenyum hangat.
                “A-”
                “Aku memaksa.” Belum sempat Sari menyelesaikan ucapannya, Nia sudah memotongnya, seperti ia tahu apa yang akan diucapkan Sari selanjutnya. Nia lalu menemani Sari yang sedang belajar. Namun sepertinya, Sari kelihatan tidak terlalu menyukainya.
                “Terkadang otakmu juga butuh istirahat, kau harus tahu itu.” Nia membuka percakapan.
                “?” Sari menghentikan aktifitasnya dan berbalik menatap Nia meminta penjelasan.
                “Maksudku, kalau kau hanya bergantung pada buku dan tidak pernah mengenal dunia luar, maka apa yang kau pelajari hanya akan sia-sia.”
                “Apa maksudmu berbicara seperti itu?”
                “Dari awal aku melihatmu, aku sangat kasihan kepadamu. Kamu itu seperti burung yang terkurung dalam sangkar, dan bahkan sangkar itu seperti terselimuti oleh lapisan baja.”
                “Aku masih tidak mengerti apa yang kau maksudkan.”
                “Dengarkan aku dulu! Aku ingin mengubah pandangan hidupmu. Hei aku mau tanya, kau itu  manusia bukan robot kan? Kau juga butuh bersenang-senang kan?Minggu besok akan ada kompetisi piano di Towa Hall jam 8, aku ingin kau kesana. Dan juga...”
                Nia lalu memgang poni milik Sari dan mengangkatnya hingga terlihatlah kedua bola mata Sari seraya berkata, “...ubahlah gaya rambutmu yang sangat konyol ini.” Tak berlangsung lama setelah itu bel tanda istirahat berakhir, akhirnya terdengar. Dan pelajaran selanjutnya dimulai.
                Di rumah, Sari terus memikirkan kata Nia. Dia menjadi bingung apakah ia harus berangkat ke sana atau lebih memilh belajar di rumah. Namun hanya dalam beberapa menit saja, Sari sudah tahu jawaban yang tepat untuknya.
                Hari Minggu, hari ini adalah hari janjiannya Sari dengan Nia. Pagi hari di rumah Nia, jam delapan pagi gadis remaja nan riang ini terlihat masih bergelut dengan dunianya, mimpi. Sementara ibundanya sudah berulang kali berusaha untuk membangunkan putri sulungnya itu, namun sama sekali tak ada pergerakan yang menunjukkan kalau dia akan segera bangun dari tempat tidurnya. Sang bunda pun menyerah. Dan beberapa saat kemudian,
                “Huaaa, jam berapa ini?” Nia pun melihat jam bekernya.
                “Sial!! Aku terlambat!!” buru-buru gadis itu pergi ke kamar mandi, melakukan aktifitas paginya. Sementara di tempat Sari, seperti yang kalian duga. Dia sedang berjibaku dengan sahabat karibnya, buku Matematika.
                Disisi Nia, kini ia tengah mengendarai sepedanya menuju ke Towa Hall. Ia lalu mencoba menghubungi Sari melalui video-call. Berkali-kali ia mencoba untuk menghubungi Sari, namun sayang hpnya keburu mati karena kehabisan baterai. Ia lalu menuju ke rumah Sari. Ia mengikuti denah yang digambarkan temannya tentang mengenai rumah Sari. Beberapa puluh menit kemudian ia akhirnya sampai di rumah Sari.
                Ia memarkirkan kendaraannya dan menekan bel rumah Sari. Berkali-kali ia tekan bel itu hingga sang pemilik rumah keluar, Ibu Sari. “Mencari siapa ya?” tanya Ibu Sari.
                “Maaf Bu saya mencari Sari. Apa Sari ada di dalam?”
                “Oh iya dia ada di dalam. Maaf ini dengan siapa ya?”
                “Saya temannya.”
                “Oh ya mari masuk. Sari ada di kamarnya.”
                “Terimakasih Bu.” Nia lalu dituntun jalannya menuju kamar Sari. Sampai di kamar Sari, Nia membuka pintu dan terlihat Sari sedang membaca novel dan dengan earphone yang setia bertengger di telinganya. “Sari!!” panggil gadis itu. Karena tak mendengar jawaban menyahut dari Sari, Nia pun akhirnya menarik paksa earphone yang terpasang di telinga gadis emo tersebut.
                “Oh hai Nia.”
                “Sari kamu ini kenapa nggak ke Towa Hall?”
                “Malas.”
                “Pokoknya kamu harus ikut.” Nia lalu menarik lengan Sari dan menyeretnya keluar rumah, membawanya menuju ke Towa Hall. Sesampainya di Towa Hall, mereka berlari menuju ke ruang yang dijadikan kontes. Ternyata disana tidak hanya ada mereka berdua saja, bahkan anak-anak dari kelas 8A rata-rata semuanya datang ke Towa Hall untuk melihat kontes piano tersebut. Kontes tersebut berlangsung sekitar dua jam. Dan dua jam setelah itu, anak-anak kelas 8A berinisiatif untuk menuju ke sebuah kafe terdekat.
                Di sana mereka bercanda ria, saling lempar lelucon. Namun tidak dengan Sari, dia malah cemberut tidak suka. Nia yang berada satu meja dengannya pun, mencolek es krim yang ia pesan dan ia tempelkan ke hidung Sari. Merekapun saling perang es krim, diikuti dengan yang lainnya dan membuat kafe itu menjadi medan pertempuran mereka.
                Dan saat itu adalah saat pertama mereka melihat Sari tersenyum bahkan tertawa. Dan itu membuat Nia tersenyum juga. Setelah dari kafe, Nia mengajak Sari menuju hamparan rumput yang berada di bantaran sungai, mereka tiduran sambil melihat matahari terbenam. “Hari ini menyenangkan ya!! Untung tadi aku mengajakmu.” Nia membuka percakapan.
                “Hn.”
                “Sekarang bagaimana menurutmu? Apa kamu merasa bahagia?” tanya Nia yang membuat Sari bungkam sesaat.
                “Cih, aku sadar aku salah. Tidak ada salahnya untuk bersenang-senang dan melupakan buku sejenak. Terimakasih untuk itu.”
                “Sama-sama. Jadi mulai sekarang...,” Nia mencoba duduk dan menyodorkan jari kelingkingnya ke Sari, dan melanjutkan ucapanya “...kita sahabat kan?” melihat apa yang dilakukan Nia, Sari hanya bisa tersenyum dan membalas jari Nia.
                “Tentunya, sampai kapanpun.” Hari ini adalah hari berharga untuk mereka berdua. Hari dimana Nia dapat mengubah pandangan Sari, hari dimana mereka berjanji untuk menjadi teman selamanya.
                Dan semenjak hari itu, Sari menjadi berbanding terbalik dengan sebelumnya bahkan ia mengubah gaya rambutnya. Ia mau untuk menjepit rambut emo nya itu. Hari-hari berikutnya Sari semakin menjadi anak aktif di kelas, tidak seperti yang dulu. Hingga suatu hari malah Nia menjadi orang yang tidak seperti biasanya.
                “Nia kamu kenapa?” tanya Sari kepada Nia yang sedang melamun.
                “Oh tidak apa-apa.” jawab Nia dengan muka yang memerah.
                “Kamu sedang jatuh cinta ya?” ledek Sari.
                “Sstt!! Diamlah.” Nia lalu menceritakan apa yang ia rasakan kepada Sari. Dan ternyata Nia sedang menyukai seseorang cowok, yang menurut Sari cowok itu konyol dan tidak cocok buat Nia. Namanya Muslam, memang sih kalau dari wajahnya dia termasuk tampan apalagi wajanhya seperti  tipe orang timur tengah. Muslam adalah seorang basis yang juga pandai bermain gitar. Dan semenjak Nia menyukai Muslam ia mulai mempelajari gitar. Dan anehnya Sari juga ikut-ikutan.
                Hari-hari berikutnya, Nia menjadi orang yang sangat pemurung. Sari mencoba bertanya. Dan ternyata Nia terkena patah hati karena Muslam ternyata menyukai gadis lain. Sari mencoba untuk mengambil tindakan.
“Huh apaan ini? Inikah sosok Nia yang sebenarnya? Cewek aneh, cewek cengeng. Aku kira dia itu orang yang nggak akan mudah seperti ini. Aku pikir dia orang yang kuat. Huh sudahlah aku mulai tidak percaya dengan yang namanya Nia.”
 Sedikit demi sedikit, Nia akhirnya menjadi sosok yang ceria lagi, ya walaupun sebenarnya ia juga belum bisa move on. Namun itu lebih baik dibandingkan yang dulu.
                Kini persahabatan antara Sari dan Nia menjadi begitu akrab dan seperti tidak dapat dipisahkan. Dimana ada Sari disitu pasti ada Nia, begitu pula sebaliknya. Pernah suatu hari Sari menceritakan keinginan konyolnya di masa depan, maklum saja umur Sari itu paling muda seangkatan.
“Nia, aku kalau besok sudah menikah, ingin punya anak empat. Yang umurnya delapan, enam, empat sama dua tahun.” sontak siapapun yang mendengar keinginan polos Sari langsung tertawa terbahak-bahak.
“Kamu ini ada-ada aja Sari. Kalau keinginan ya jadi sukses gitu, kok kamu malah memikirkan yang terlalu dewasa.” Jawab Nia, hari itu mereka bisa tertawa lepas, hingga suatu hari.
                Salah satu murid kelas 8A mendapatkan kabar bahwa Sari kecelakaan, dan sekarang ia sedang koma. Sontak semua warga kelas langsung menuju ke rumah sakit dimana Sari dirawat. Sementara di rumah sakit, Sari mencoba membuka mata dan yang pertama kali ia lihat adalah teman-temannya yang sedang menangisi seseorang di suatu ruangan.
                Kenapa mereka menangis? Batin Sari ke heranan. Sari lalu mengamati orang-orang yang ditangisi. Dia kaget karena yang ditangisi teman-temanya adalah dirinya sendiri. Mana mungkin ada dua Sari. Pikirnya ia lalu menggoyang-goyangkan tubuh teman-temanya seraya berkata, Hei ini aku!! Aku baik-baik saja, namun sia-sia saja. Ia bahkan tidak bisa menyentuh teman-temannya. Sari lalu menyadari, bahwa yang sedang tertidur itu adalah jasadnya dan itu artinya ia sebentar lagi akan menuju ke alam sana. Dan benar saja, tak lama dua malaikat turun dari surga untuk menjemput Sari.
                “Ayo Sari, saatnya kamu pergi.” Kata salah satu dari mereka, Sari pun pasrah hingga suara tangis Nia yang mencegahnya.
                “Sari...hiks..hiks...jangan tidur terus...., kamu sudah janji kan...hiks...hiks...kita kan menjadi sahabat selamanya....apa kamu lupa dengan janji itu?” Sari pun memohon kepada malaikat untuk mengulur sedikit waktu lagi. Sari menangis, ia tidak senang melihat Nia menangis seperti ini, ia tidak suka. Kemana senyumanmu yang hangat bak bunga matahari? Maafkan aku Nia. Jika aku masih bisa untuk bersamamu lagi, aku ingin melihat senyumanmu yang hangat itu. Aku berjanji akan membuatmu selalu bahagia. Malaikatpun akhirnya membawa Sari menuju ke surga.
                “Sari!! Bangunlah!! Aku percaya kau akan bisa mengalah semua rasa sakit ini!! Aku percaya kau akan bangun!! Bangunlah Sari!!”
                TIIIIIITT
                Dan akhirnya nyawa Sari tidak tertolong karena pendarahan yang hebat akibat kecelakaan itu. Semuanya pun berduka, apalagi dengan kedua orangtua Sari yang begitu menyayangi anak semata wayangnya tersebut. Nia tahu kalau dia hanya sahabat baru Sari, namun dia sangat menyayangi Sari sehingga ia tidak mau melepaskan pelukannya dari Sari. Hingga sebuah tangan membelai rambut hitam sebahunya, membelainya dengan lembut.
                “Bodoh, kenapa kamu menangis? Aku tidurnya kelamaan ya?” itu adalah suara Sari. Semuanya langsung mengerubungi Sari, takjub dengan keajaiban yang telah diberikan Tuhan ini. “Aku percaya...kau akan kembali, Sari.”
                “Kalau kamu percaya kenapa kamu menangis, huh? Mana senyuman bunga mataharimu itu?” Nia lalu mulai memunculkan senyuman khasnya yang sehangat bunga matahari itu. “Terimakasih telah mempercayaiku, Nia.”

Sahabat adalah seorang yang dapat membuatmu mengerti tentang arti kehidupan.
Sahabat adalah orang yang sangat percaya kepadamu dikala orang lain menghianatimu.
Sahabat adalah orang yang memaksamu berdiri dikala kamu terjatuh.
Sahabat adalah orang yang menyelamatkanmu dari neraka kesepian.
Sudahkah kalian menjadi seorang sahabat ?
THE END


Purworejo, 28 Agustus 2015

Sheilta Alphenia