.
.
MAKNA-MAKNA BATIK
1 Motif Batik
Sido Mukti
Motif Batik Sido Mukti mengandung makna kemakmuran. Bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan, tentu adalah pencapaian mukti atau kemakmuran, baik di dunia maupun di akhirat.Setiap orang pasti mencari kemakmuran dan ketenteraman lahir dan batin. Kemakmuran dan ketenteraman itu tidak akan tercapai tanpa usaha dan kerja keras, keluhuran budi, ucapan, dan tindakan. Setiap orang harus bisa mengendalikan hawa nafsu, mengurangi kesenangan menggunjing tetangga, berbuat baik tanpa merugikan orang lain, dan sebagainya agar dirinya merasa makmur lahir batin. Kehidupan untuk mencapai kemakmuran lahir dan batin itulah yang juga menjadi salah satu dambaan masyarakat.
Motif Batik Sido Mukti mengandung makna kemakmuran. Bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan, tentu adalah pencapaian mukti atau kemakmuran, baik di dunia maupun di akhirat.Setiap orang pasti mencari kemakmuran dan ketenteraman lahir dan batin. Kemakmuran dan ketenteraman itu tidak akan tercapai tanpa usaha dan kerja keras, keluhuran budi, ucapan, dan tindakan. Setiap orang harus bisa mengendalikan hawa nafsu, mengurangi kesenangan menggunjing tetangga, berbuat baik tanpa merugikan orang lain, dan sebagainya agar dirinya merasa makmur lahir batin. Kehidupan untuk mencapai kemakmuran lahir dan batin itulah yang juga menjadi salah satu dambaan masyarakat.
Batik
Motif Sido Luhur
Motif batik Sido
Luhur merupakan jenis batik keraton yang berasal dari Keraton Yogyakarta dan
Keraton Surakarta. Di Keraton Surakarta, biasanya motif Sido Luhur dikenakan
oleh temanten putri pada malam pengantin. Batik motif Sido Luhur memiliki
filosofi keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran
materi dan non materi. Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala kebutuhan
ragawi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun
profesinya. Sementara keluhuran budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk
keluhuran non materi. Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup
yang penuh dengan nilai keluhuran. Motif Sido Luhur juga bermakna harapan untuk mencapai kedudukan yang
tinggi, dan dapat menjadi panutan masyarakat.
Sidoasih
Batik Solo memiliki banyak ragam corak yang
sampai saat ini masih beredar di masyarakat. Salah satunya yang populer adalah
motif Sidoasih. Batik Solo yang satu ini berkembang di lingkungan keraton
sebagaimana juga motif-motif Batik Solo lainnya. Sidoasih berasal dari kata
“sido” yang berarti jadi, dan “asih” yang dapat diartikan kasih ataupun
sayang.
Secara filosofis Sidoasih memiliki makna
kehidupan manusia yang penuh dengan kasih sayang. Melambangkan kehidupan yang
harmonis untuk mencapai kentraman dunia maupun di akhirat. Makna dari motif
Batik Solo yang satu ini merupakan harapan agar manusia memiliki rasa saling
menyayangi dan mengasihi antar sesama.
Motif
Sidoasih sama dengan motif Batik Solo kebanyakan yang juga dikenakan pada
upacara perkawinan. Sidoasih biasanya menjadi busana malam pengantin. Motif ini
mengandung doa agar kehidupan rumah tangga pasangan tersebut selalu dipenuhi
dengan kasih sayang, saling mencintai, dan keromantisan.
Semen Rama
Semen berasal
dari kata semi, yaitu tumbuhnya bagian tanaman (kehidupan yang makmur).
Pada umumnya, ornamen pokok pada pola batik motif semen adalah
ornamen yang berhubungan dengan daratan yang digambarkan dengan
tumbuh-turnbuhan dan binatang berkaki empat, udara digambarkan dengan awan
(mega) dan binatang terbang, serta air atau laut digambarkan dengan binatang
air. Sedangkan rama yang merupakan nama motif semen berasal dari nama Ramawijaya. Dalam
motif semen rama terdapat
pesan atau nasihat Ramawijaya saat
penobatan Wibisana sebagai Raja Alengka dalam cerita pewayangan.
Sekar Jagad
Motif sekar jagad sebenarnya berasal dari
daerah Jogjakarta dan Solo. Dimana latar belakang kain berwarna putih
melambangkan hamparan peta dunia. Kata kar dalam bahasa Belanda memiliki arti
peta, sedangkan jagad berasal dari bahasa Jawa yang artinya dunia. Inti dari
makna yang disampaikan corak sekar jagad adalah keanekaragaman, baik yang
terdapat di Indonesia maupun seluruh dunia. kemudian, batik ini juga
menampilkan makna kecantikan serta keindahan sehingga memesona siapapun yang
melihatnya.
Keanekaragaman tersebut berwujudkan motif
bercorak geometris yang berulang dengan cara ceplok atau dipasangkan secara
bersisian. Hal ini mengandung maksud akan arti keindahan serta keluhuran
kehidupan di alam dunia. Penampakan batik sekar jagad umumnya bernuansa bebungaan
dengan variasi warna pada masing-masing bagiannya. Perkembangan motif ini
dimulai sejak abad ke 18 dan masih dipertahankan hingga sekarang karena
memiliki pesona nan indah dan selalu menarik.
Kawung Picis
Kawung
picis mempunyai Kegunaan untuk Digunakan di kalangan kerajaan jawa. Ada
nilai Makna Filosofis pada Motif ini melambangkan harapan agar manusia
selalu ingat akan asal-usulnya yaitu berasal dari Tuhan. Selain itu Motif
Kawung Picis juga melambangkan empat penjuru (pemimpin harus dapat berperan sebagai
pengendali perbuatan baik) hati. Dan Juga melambangkan bahwa hati nurani
sebagai pusat pengendali nafsu yang terdapat pada diri manusia sehingga ada
keseimbangan pada diri manusia.
Truntum
Barangkali bukan pengetahuan yang baru bagi
para pecinta batik, bahwa motif truntum memiliki makna yang sakral. Ia
melambangkan cinta yang bersemi kembali. Di dalam batik truntum,
tersimpan realita, CLBK tidak hanya terjadi pada mereka yang pacaran, tapi juga
yang telah menikah. Mengingat bahwa kadang yang asli justru cepat layu, seperti
halnya bunga, maka kita mesti sanggup membuatnya tetap tumbuh dan berbunga
sepanjang waktu.
Hal itu bermula pada sejarah ketika batik
jenis truntum ini pertama kali diciptakan. Sekitar tahun 1749–1788 M, seorang
permaisuri bernama Ratu Kencono atau Ratu Beruk, merasa diabaikan oleh suami
karena kesibukan dan sebab ia harus memerhatikan selir barunya. Ratu Kencono
yang merupakan permaisuri Paku Buwono III Surakarta Hadiningrat itu,
mendekatkan diri pada Sang Pemberi Hidup pada suatu malam. Hingga datanglah
sebuah gagasan.
Katakanlah semacam inspirasi. Ia melihat
langit yang cerah dan bertabur bintang, dan kerlip bintang itulah yang menemani
kesepiannya. Ia pun mencium harum bunga tanjung berjatuhan di kebun
persinggahannya sebagai bagian dari ide. Ia terus berupaya mendekatkan diri
pada Tuhan sambil mulai membuat karya batiknya demi mengisi kekosongan.
Membatik baginya seperti halnya berdzikir.
Selang berapa lama kemudian, sang raja
menemukan permaisurinya tengah membatik sebuah kain yang indah. Hari demi hari,
sang raja pun memerhatikan kesibukan baru sang permaisuri dan kain indah yang
dihasilkan. Teriring juga perasaan kasih sayang yang kembali muncul. Itulah
mengapa banyak yang menyebut truntum sebagai simbol cinta raja yang bersemi
kembali.
Secara etimologi, truntum itu sendiri berasal
dari isitlah teruntum–tuntum (bahasa Jawa) artinya tumbuh
lagi. Taruntum memiliki arti senantiasa bersemi dan semarak lagi. Batik
truntum memiliki pola yang halus dan sederhana. Bermotif seperti taburan
bunga-bunga abstrak kecil, atau menyerupai kuntum bunga melati. Terkadang
berbentuk seperti bintang yang bertaburan di langit. Dilihat dari bentuknya,
tentunya butuh waktu sangat lama melukiskan motif truntum dalam selembar kain.
Motif truntum menggambarkan bunga dilihat dari depan terletak pada bidang
berbentuk segi empat. Biasanya menggunakan warna hitam sebagai dasar.
Karena nilai sejarah dan ajaran moralnya,
motif truntum menjadi salah satu jenis pola batik terkenal di Solo—tempat asal
motif batik ini diciptakan pertama kali. Motif tersebut akhirnya menjadi
populer di Pulau Jawa. Termasuk juga di daerah Pekalongan.
Hingga hari ini, motif batik yang bermakna
kesetiaan itu, akan kita temukan dalam upacara perkawinan adat tradisional,
baik di Yogyakarta maupun Solo. Sebab membawa pesan dan harapan: bahwa kelak
kedua mempelai dapat menjalani hidup dengan harmonis dan langgeng. Masyarakat
kebudayaan Jawa memiliki ajaran demikian: dalam perkawinan, keluarga inti yang
berjalan damai akan berpengaruh positif pada hubungan yang rukun antarkeluarga,
dan juga mempengaruhi hubungan yang selaras dengan masyarakat di sekitarnya.
Dan dalam hubungan yang harmoni tersebut, pengaruh penting juga berasal dari hubungan
personal terhadap Tuhan. Seperti halnya ketika inspirasi itu muncul yang
dimulai ketika sang permaisuri yang memohon petunjuk kepada Tuhan dalam
kesunyiannya. Hingga proses membuatnya yang tentu dengan sabar dan telaten,
hingga diibaratkan seperti menjaga sebuah hubungan dalam pernikahan.
Biasanya batik jenis truntum ini dipakai oleh
pengantin perempuan dalam acara midodareni, dipakai juga pada acara panggih. Di samping itu, batik tersebut juga
digunakan sebagai kain oleh kedua orang tua mempelai ketika resepsi pernikahan,
sebagai wujud bahwa orang tua berperan penting dalam memberi pengetahuan dan
menuntun anak-anaknya ke gerbang rumah tangga yang sakinah, mawadah, warohmah.
Sayang di zaman sekarang batik yang menyimpan
makna filosofi itu pun semakin dilupakan. Digantikan oleh kain jenis modern dan
praktis, hingga masyarakat pun lama-kelamaan melupakan pesan penting yang
hendak disampaikan nenek moyang terdahulu.
Babon Angrem
Batik Babon Angrem ini termasuk “semenan” dari kata “semi”, maksud dari
nama “babon-angrem” adalah ayam betina yang sedang mengerami telur. Batik ini
digunakan pada saat upacara tujuh bulanan pada ibu hamil, yang melambangkan kasih
sayang dan kesabaran seorang ibu agar sifat tersebut dapat menurun atau ditiru
oleh anaknya kelak. Motif tersebut melambangkan bahwa seorang wanita
yang sedang mengandung hendaknya memiliki rasa kasih sayang dan kesabaran,
agar sifat tersebut dapat diwarisi oleh si anak kelak jika telah lahir.
Sedangkan makna kultural dari batik ini adalah permohonan keturunan sebagai
penyambung sejarah.
Karena seekor ayam jika sedang mengerami telurnya membutuhkan hari yang cukup lama agar telurnya dapat menetas dengan sempurna. Batik babon angrem tergolong ke dalam motif batik geometris, yaitu batik yang berbentuk flora atau fauna. Isen yang terdapat pada batik babon angrem adalah ukel yang diselingi dengan gambar dua unggas yang sedang berhadap-hadapan. Batik ini termasuk semen-latar hitam yang dipakai untuk orang dewasa dari semua golongan dan status. Motif batik ini tergolong besar-besar sehingga tidak baik dipakai oleh anak-anak. Batik babon angrem ini tergolong batik tengahan artinya berkembang pada pertengahan abad XVIII.
Karena seekor ayam jika sedang mengerami telurnya membutuhkan hari yang cukup lama agar telurnya dapat menetas dengan sempurna. Batik babon angrem tergolong ke dalam motif batik geometris, yaitu batik yang berbentuk flora atau fauna. Isen yang terdapat pada batik babon angrem adalah ukel yang diselingi dengan gambar dua unggas yang sedang berhadap-hadapan. Batik ini termasuk semen-latar hitam yang dipakai untuk orang dewasa dari semua golongan dan status. Motif batik ini tergolong besar-besar sehingga tidak baik dipakai oleh anak-anak. Batik babon angrem ini tergolong batik tengahan artinya berkembang pada pertengahan abad XVIII.
Batik Pringgondani
Nama kesatriyan
tempat tinggal Gatotkaca putera Werkudara (Bima). Maknanya ialah agar perkasa seperti Gatotkaca. Motif ini biasanya ditampilkan dalam warna-warna
gelap seperti biru indigo (biru nila) dan soga-coklat, serta penuh
sulur-suluran kecil yang diselingi dengan naga.
Batik Tambal
Tambal memiliki arti memperbaiki
yang rusak, atau dalam bahasa Jawa diartikan menambal. Maknanya membuat
suatu hal menjadi lebih baik.
Kemudian motif batik ini dianggap
dapat menyehatkan orang yang mengenakannya. Konon pada jaman dahulu orang yang
sedang sakit akan lekas sembuh jika menggunakan motif tambal sebagai selimut
atau kain yang menutupi tubuhnya. Tambal merupakan perpaduan dari berbagai
motif yang diilhami pakaian pendeta yang terbuat dari kain bertambal. Pakaian
ini dipercaya dapat menghalangi pengaruh-pengaruh buruk atau tolak bala.
Selain itu motif ini juga dapat diartikan
sebagai harapan dan semangat baru. Perjalanan hidup manusia yang tak
luput dari kesalahan membuat manusia harus berbenah diri. Motif ini mengajarkan
agar manusia selalu memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik, lahir
maupun batin.
Batik Irian
Isnpirasi
tokoh batik di Imogiri akan kedatangan orang Irian. Batik Papua bermula saat Pemerintah Indonesia mendapatkan bantuan dari
The United Nations Development Programme (UNDP), untuk pemberdayaan kebudayaan
di daerah Indonesia bagian Timur pada tahun 1985. Untuk melatih masyarakat
Papua, pemerintah setempat mendatangkan langsung pelatih batik dari Jawa,
khususnya Yogyakarta.
Batik Papua sebenarnya hampir sama dengan berbagai jenis batik lainnya
di Nusantara. Perbedaan terletak pada motif, jika motif batik Solo dan
Jogja dibuat simetris di Papua malah kebalikannya. Kombinasi warna cerah dipadu
dengan motif etnik Papua yang kerap asimetris membuat batik Papua terlihat
eksotis. Sebagian besar motif Batik Papua menampilkan unsur alam dan budaya
daerah Papua.
Batik Papua memiliki ciri khas yang unik dan menarik. Ciri khasnya
terletak pada gambar orang atau hewan. Motif hewannya yaitu burung
cenderawasih, cicak, kadal dan buaya. Inspirasi lainnya biasanya dari patung
tradisional masyarakat Papua, misal motif kamoro yaitu simbol patung berdiri,
motif asmat yaitu simbol patung-patung kayu suku Asmat (memiliki warna coklat
kolaborasi warna tanah terakota), motif Sentani dengan ciri gambar alur
batang kayu yang melingkar-lingkar dengan jenis warna hanya satu atau dua
warna.
Ada juga motif yang diambil dari kekayaan budaya Papua lainnya, seperti
alat musik Tifa (alat musik semacam gendang). Dan Batik Papua bermula saat
Pemerintah Indonesia mendapatkan bantuan dari The United Nations Development
Programme (UNDP), untuk pemberdayaan kebudayaan di daerah Indonesia bagian
Timur pada tahun 1985. Untuk melatih masyarakat Papua, pemerintah setempat
mendatangkan langsung pelatih batik dari Jawa, khususnya Yogyakarta.
Batik Papua sebenarnya hampir sama dengan berbagai jenis batik lainnya
di Nusantara. Perbedaan terletak pada motif, jika motif batik Solo dan
Jogja dibuat simetris di Papua malah kebalikannya. Kombinasi warna cerah dipadu
dengan motif etnik Papua yang kerap asimetris membuat batik Papua terlihat
eksotis. Sebagian besar motif Batik Papua menampilkan unsur alam dan budaya
daerah Papua.
Batik Papua memiliki ciri khas yang unik dan menarik. Ciri khasnya
terletak pada gambar orang atau hewan. Motif hewannya yaitu burung cenderawasih,
cicak, kadal dan buaya. Inspirasi lainnya biasanya dari patung tradisional
masyarakat Papua, misal motif kamoro yaitu simbol patung berdiri, motif asmat
yaitu simbol patung-patung kayu suku Asmat (memiliki warna coklat kolaborasi
warna tanah terakota), motif Sentani dengan ciri gambar alur batang kayu
yang melingkar-lingkar dengan jenis warna hanya satu atau dua warna. Ada
juga motif yang diambil dari kekayaan budaya Papua lainnya, seperti alat musik
Tifa (alat musik semacam gendang). Dan terdapat juga motif yang divariasi
dengan sentuhan garis-garis emas yang dikenal dengan istilah batik prada.
Biasanya motif-motif natural ditambah warna-warna yang relatif beragam
semakin menambah kekhasan Batik Papua. Awalnya, pembuatan batik ini banyak
terinspirasi dari peninggalan-peninggalan arkeologi yang tersebar di daerah
Papua. Salah satunya, adalah dari lukisan-lukisan dinding gua yang ada di area
kabupaten Biak dan Jayapura. Selain itu, peninggalan sejarah lainnya seperti
fosil, artefak dan benda purbakala juga mempengaruhi kreativitas seniman Papua
dalam mengkreasikan motif batik. Motif Batik Papua banyak menggunakan simbol-simbol
keramat dan ukiran khas Papua. Selain itu juga mengandung unsur sejarah dan
arkeologi di dalamnya, tak heran jika batik Papua banyak disukai oleh
masyarakat lokal hingga internasional. Terdapat juga motif yang divariasi dengan sentuhan garis-garis
emas yang dikenal dengan istilah batik prada.
Biasanya motif-motif natural ditambah warna-warna yang relatif beragam
semakin menambah kekhasan Batik Papua. Awalnya, pembuatan batik ini banyak
terinspirasi dari peninggalan-peninggalan arkeologi yang tersebar di daerah
Papua. Salah satunya, adalah dari lukisan-lukisan dinding gua yang ada di area
kabupaten Biak dan Jayapura. Selain itu, peninggalan sejarah lainnya seperti
fosil, artefak dan benda purbakala juga mempengaruhi kreativitas seniman Papua
dalam mengkreasikan motif batik. Motif Batik Papua banyak menggunakan
simbol-simbol keramat dan ukiran khas Papua. Selain itu juga mengandung unsur
sejarah dan arkeologi di dalamnya, tak heran jika batik Papua banyak disukai
oleh masyarakat lokal hingga internasional.
Sri Kuncoro
Truntum berasal dari bahasa
Jawa yang artinya menuntun. Motif Truntum Sri Kuncoro biasa dipakai oleh
orang tua pengantin saat acara Temu Manten berlangsung. Makna terkandung dari
batik ini adalah agar orang tua bisa menuntun anaknya dalam mengarungi
bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya.
Sri Kuncoro mengandung makna tentang kehidupan baru yang mulai bersemi.
Sri Kuncoro mengandung makna tentang kehidupan baru yang mulai bersemi.
Liris
Terdapat perbedaan penulisan dan penyebutan motif ini, ada yang
menggunakan kata “liris” atau “riris”, namun maknanya sama. Batik motif liris
ada yang mengartikan lereng yaitu motif yang mempunyai bentuk dasar
garis-garis miring sejajar. Jadi batik motif liris yaitu batik yang motif
pokoknya berupa garis-garis miring sejajar. Terdapat motif yang sejenis dengan
motif udan liris yaitu motif rujak senthe. Bedanya yaitu jika motif rujak
senthe berlatar hitam, sedangkan motif udan liris berlatar putih.
Batik motif udan liris ini juga diartikan hujan gerimis atau hujan
rintik-rintik, merupakan simbol kesuburan, kesejahteraan, dan rahmat dari Tuhan.
Untuk menambah keindahan motif ini biasanya diantara garis-garis tersebut
dihiasi dengan motif api, yang berarti kesaktian dan ambisi. Motif setengah
kawung menggambarkan sesuatu yang berguna. Motif banji sawat, melambangkan
kebahagiaan dan kesuburan. Motif mlinjon, melambangkan salah satu unsur
kehidupan. Motif tritis, melambangkan adanya ketabahan hati. Motif ada-ada,
melambangkan adanya perkasa. Motif untu walang, melambangkan adanya
kesinambungan.
Bagi orang Jawa khususnya orang desa, saat hujan rintik-rintik merupakan
suasana yang berbeda dari yang biasanya. Warga memanfaatkan momen ini untuk
kumpul-kumpul keluarga, tetangga, berbincang-bincang membahas kehidupan. Setiap
kali berkumpul pasti ada sesuatu yang baru yaitu mencul inisiatif, dan lain
sebagainya.
Di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, dulunya batik ini termasuk ke dalam
batik larangan. Motif ini termasuk yang hanya diperkenankan dipakai oleh
keluarga kerajaan. Namun dengan berjalannya waktu, motif ini bisa dipakai oleh
siapa saja. Batik motif udan liris tercipta pada peristiwa di saat Pakubuwono
III menjalani Laku Teteki, yang disebut juga ibadah mati raga. Salah satunya dengan
menjalani laku kungkum atau berendam di sungai Premulung. Sungai tersebut ada
di desa Laweyan dan sungai tersebut mengalir dekat makam leluhurnya yaitu Kyai
Ageng Henis. Pada saat itu tiba-tiba hujan gerimis dan angin bertiup, suasana
inilah yang mengilhami Pakubuwono menciptakan batik motif udan liris. Motif
udan liris tercipta pada saat pertengahan abad XVIII.
Motif udan liris mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani
hidup prihatin biarpun dilanda hujan dan panas. Orang yang berumah tangga,
apalagi pengantin baru, harus berani dan mau hidup prihatin ketika banyak
halangan dan cobaan. Ibaratnya tertimpa hujan dan panas, tidak boleh mudah
mengeluh. Segala halangan dan rintangan itu harus bisa dihadapi dan
diselesaikan bersama-sama.
Pasangan suami atau istri merupakan bagian hidup di dalam rumah tangga.
Jika salah satu menghadapi masalah, maka pasangannya harus ikut membantu
menyelesaikan, bukan justru menambahi masalah. Misalkan, bila suami sedang
mendapat cobaan tergoda oleh perempuan lain, maka sang istri harus bisa bijak
mencari solusi dan mencari penyelesaian permasalahan. Begitu pula sebaliknya,
jika sang istri mendapat godaan dari lelaki lain, tentu suami harus bersikap
arif tanpa harus menaruh curiga yang berlebihan sebelum ditemukan bukti.
Di Pekalongan, batik motif udan liris merupakan salah satu motif busana
daerah Wonopringgo. Batik motif udan liris mengajarkan kepada generasi penerus
bangsa untuk tetap istiqomah dalam menjalankan ikhtiar mencari rejeki. Halangan
dan rintangan bukan menjadi kendala, tetapi justru sebaliknya bisa menjadikan
pemicu untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik.
Dalam hal ini motif batik udan liris juga bisa diartikan sebagai
pengharapan agar si pemakai dapat selamat sejahtera, tabah, berprakarsa dalam
menunaikan kewajiban demi kepentingan nusa dan bangsa.
Buntal
Filosofi batik dengan motif buntal adalah semangat
persatuan dan kesatuan. Karena dahulu merupakan jaman perang melawan
penjajah, pesan yang ingin disampaikan dalam motif ini adalah kuatkan barisan
jangan sampai tercerai berai. Selalu komunikasi antar kelompok satu dengan yang
lainnya.
1 Keong Renteng
Keong Renteng dapat dimaknai ikatan yang kokoh dan kuat.
1 Wahyu Tumurun
Batik dengan motif wahyu tumurun merupakan salah satu motif yang sering
dipakai. Motif ini banyak disukai karena keindahan pola dan filosofinya yang
mendalam. Kita dapat mengenali motif ini dengan mudah dari kekhususan polanya.
Lihat saja pada pola motif utamanya. Pola mahkota terbang tampak lebih menonjol
dengan tambahan motif sepasang ayam atau burung yang berhadap-hadapan. Di dalam
mahkota biasa diberi isen bunga-bunga. Sebagai motif tambahan, ada yang
membubuhkan berbagai pola tumbuh-tumbuhan yang bersemi, atau dalam ragam batik
lebih dikenal dengan motif semen. Bisa juga dihiasi motif bunga-bunga yang
bersebaran atau truntum, motif ukel, sogan, juga granitan. Motif tambahan ini
sebagai variasi dari motif utama wahyu tumurun.
Batik motif wahyu tumurun telah dikenal sejak tahun 1480 di wilayah
Jogjakarta, kemudian menyebar ke berbagai daerah. Di masing-masing daerah
inilah motif wahyu tumurun mengalami perkembangan variasi motif. Di Jogjakarta,
motif burung yang biasa digunakan adalah burung merak. Burung merak dianggap
sebagai simbol lokal Jogjakarta yang menunjukkan asal motif batik. Sedangkan di
Solo memvariasikan motif burung merak dengan burung phoenix, burung phoenix
bukanlah burung lokal. Penggantian burung merak dengan burung phoenix ini
dikarenakan adanya pengaruh budaya Cina yang saat itu berkembang di Solo.
Pola dalam motif batik wahyu tumurun memiliki makna serta filosofi
tertentu. Pola mahkota terbang yang menjadi motif utama menyimbolkan
kemuliaan. Filosofinya menggambarkan pengharapan agar para pemakainya
mendapat petunjuk, berkah, rahmat, dan anugerah yang berlimpah dari Tuhan Yang
Maha Kuasa. Pengharapan untuk mencapai keberhasilan dalam meraih cita-cita,
kedudukan ataupun pangkat. Sedangkan dalam hal khusus seperti pernikahan, motif
ini menyiratkan berkah kehidupan lahir batin dalam kehidupan berumah tangga,
keharmonisan dan kebahagiaan yang langgeng dan terjaga selama-lamanya. Dalamnya
makna kehidupan rumah tangga inilah yang membuat motif wahyu tumurun dipilih
sebagai motif khusus yang sering dikenakan dalam upacara pernikahan adat Jawa.
Dahulu, untuk persiapan pembuatan pola atau motif batik harus melalui
proses yang terbilang berat. Para pembuat pola batik rela berpuasa 40 hari 40
malam sebelum memulai menyusun pola batik. Hal inilah yang membuat batik klasik
memiliki makna filosofis dan historis yang mendalam. Setiap pola yang tercipta,
garis dan titik yang membentuk motif batik berisikan doa dan pengharapan
tersendiri pada Illahi.
Terdapat juga batik motif wahyu tumurun yang berasal dari derah Putra
Mangkunegaran. Jenis batik ini merupakan batik kraton. Batik ini biasa dipakai
oleh mempelai pengantin pada waktu panggih. Wahyu berarti anugerah, tumurun
berarti turun, dengan menggunakan kain ini kedua pengantin mendapatkan anugerah
dari yang Maha Kuasa berupa kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta mendapat
petunjukdari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalam perkembangan saat ini, kain batik motif wahyu tumurun dapat
digunakan sebagai kemeja pria, rok wanita, jas, blazer, dan sebagainya. Saat
menjahit, haruslah diperhatikan kedudukan motifnya, jangan sampai bentuk
mahkota atau ayam/burungnya dalam posisi terbalik. Apabila dikenakan terbalik
tentunya maknanya akan hilang. Sering terjadi posisi mahkotanya dipasang
berdiri seperti kuda laut, ini sangat tidak tepat.
1 Manggaran
Manggaran berasal dari kata manggar yang berarti bunga
kelapa dalam bahasa Jawa. Kelapa yang memiliki banyak kegunaan dan keunikan
dalam pertumbuhannya mempunyai makna supaya dalam kehidupan kita sebagai
manusia harus berguna bagi siapa saja. Selain itu manusia diharapkan dapat
menganut tumbuhan kelapa.
1 Gegot
Berawal dari kata Gegoro yang berarti awal mula, harapan hidup
berumah tangga dengan prinsip yang kuat
1 Bantulan
Makna Geografis Bantul Yogyakarta.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Huwaaaa kok jadi kayak gini huhu ya udahlah maaf yaa Yuki males ngedit hehe#mintadigeplaknih oke cukup sekian dan Yuki bener-bener minta maaf ya #bungkok90derajat. Sankyu......Oh iya komennya ya.....